jamaah-umrah [Lebar Max 1024 Tinggi Max 768]

Bisnis Layanan Pendukung Haji dan Umrah Sangat Potensial

JAKARTA – Bisnis layanan Pendukung (service provider) Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU) dan Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK) dinilai sangat potensial, seiring posisi Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, bergulirnya vaksinasi Covid-19, pembukaan ibadah haji untuk jemaah luar Arab Saudi, dan rencana Arab Saudi menaikkan kuota jemaah umrah dari 8 juta menjadi 30 juta per tahun pada 2030.

Bisnis ini antara lain mencakup pelayanan penginapan (hotel), tiket pesawat, land arrangement (LA) segala keperluan haji dan umrah di Tanah Suci, Mekah, Arab Saudi.

“Bisnis service provider perjalanan haji dan umrah sangat potensial. Kebutuhan para jamaah yang datang dari berbagai negara ke Tanah Suci hampir tiada henti sepanjang tahun,” tutur Saipul Bahri, president director PT PT Arsy BuanaTravelindo (ABT), dalam keterangan, di Jakarta, Senin (24/5).

Menurut dia, total penduduk muslim Indonesia mencapai 215 juta atau 87% dari populasi dan 24% dari total dunia. Setiap tahun, dalam kondisi normal, sebanyak 221 ribu jemaah haji asal Indonesia berangkat ke Arab Saudi. Dari jumlah itu, sebanyak 204 ribu merupakan haji reguler dan sisanya 17 ribu haji VIP.

Jumlah pendaftar haji, kata dia, terus meningkat dari tahun ke tahun, sehingga lama antrean terus bertambah. Berdasarkan data Kementerian Agama (Kemenag), antrean terlama dialami calon jemaah haji Kalimantan Selatan, yakni 34 thun, sedangkan terpendek Maluku, 12 tahun.

Saat ini, dia menuturkan, terdapat lebih 323 PIHK dan 1.016 PPIU. Mereka adalah mitra bisnis dari perusahaan layanan Pendukung haji dan umrah seperti ABT.

Dia menambahkan, Arab Saudi sempat menutup haji dan umrah pada 2020, akibat pandemi Covid-19. Namun, tahun ini, Arab Saudi telah membuka ibadah haji dari luar negeri tahun ini, dengan sejumlah persyaratan, salah satunya vaksinasi Covid-19.  Hal ini, kata dia, biasanya akan diikuti oleh pembukaan kembali ibadah umrah.

Selain itu, dia menuturkan, Arab Saudi memiliki agenda untuk memacu sektor wisata, di samping minyak mentah. Visi dan target umrah/peziarah pun dinaikkan menjadi 30 juta pada tahun pada 2030. Ini menjadi fondasi kuat bagi bisnis layanan Pendukung haji dan umrah untuk terus bertumbuh.

Berdasarkan data Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (Amphuri), jumlah jemaah umrah asal Indonesia mencapai 948 ribu pada 2018-2019 atau 1440 hijriah dari total 4,4 juta jemaah. Indonesia berada di posisi kedua penyumbang jemaah umrah dengan kontribusi 21,44%, di bawah Pakistan. Saat ini saja, ada sekitar 100 ribu calon jemaah umrah tunda asal Indonesia.

Melihat potensi itu, ABT, kata dia, siap menjadi perusahaan penyedia layanaan untuk mendukung para Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah dan Haji. Saat ini, ABT telah mendapatkan komitmen kontrak dari beberapa hotel di tanah suci, tiga hotel berada di kota Mekah dan dua hotel di kota Madinah, yang berada di lokasi strategis, antara lain Le Meridien, Elaf Mashaer, Fajr Badee, Mawadah Sofwa, dan Sham Province. Total kamar yang tersedia mencapai 889 per bulan.

Di bisnis tiket, dia menerangkan, ABT akan menjalin kerja sama dengan Citilink dan Ettihad. Adapun dalam penyediaan layanan Land Arrangement (LA) selama di tanah suci, ABT telah berpengalaman selama beberapa tahun dan memiliki jaringan lokal yang kuat, termasuk fasilitasnya.

Beberapa nama besar di sektor PIHK dan PPIU, kata dia, menjadi mitra ABT. Sebut saja Madinah Iman Wisata, Sarana Umrah Haji, Satriani, Bastour, El Amien Tours, Forum Travel Partner Indonesia, Al Razafa Group, dan Paksi Tours dan Travel. (*)